Mengeluhkan Gaji

Aiq Edogawa
2 min readMay 5, 2023

--

Aku sering sekali membaca keluhan orang-orang yang gajinya kecil, dan ketika ia paparkan nominal gajinya, 4.5 juta hingga 5 juta, bahkan yang sudah dapat gaji 10 juta saja masih mengeluh. Aku merasa sedikit heran dan kalau boleh jujur, gaji 5 juta itu buatku bukan nominal yang sedikit mengingat aku hanya sekali dua kali punya saldo di atas 2 juta di ATM. Aku heran, kenapa mereka masih mengeluh terhadap gaji yang mereka dapatkan. Ya mungkin karena kebutuhannya banyak, tapi kebutuhan apa sih yang mereka perlukan? Sandang pangan papan sudah cukup, namun ada kebutuhan sekunder dan tersier yang mungkin ingin mereka penuhi.

Aku sebenarnya juga ingin punya gaji besar misal 10 atau 20 juta perbulan, tapi aku tidak mati-matian mengejar itu. Dengan beban pekerjaanku sekarang hingga mendapat gaji yang sepadan, aku senang-senang saja menerimanya, walau nominalnya tak lebih dari 2 juta, bahkan kurang darinya. Bersyukurnya, aku tidak mengeluh. Selain karena aku tidak memiliki orang lain untuk dinafkahi, aku juga seringkali mendengar cerita orang yang tidak tidur mulai dari selepas sahur hingga menjelang bedug buka, tapi uang yang didapat hanya 100ribu saja. Untuk memertahankan diri dengan nominal yang ada, mereka harus memutar otak supaya uang 100ribu itu membelah menjadi nominal dua kali lipatnya. Hal ini disebut dengan muterin duit.

Aku tidak punya keahlian seperti itu. Yang kumiliki adalah ngomong cas cis cus selama 3 jam lalu mendapat bayaran 100ribu. Tanpa harus kuputar uang itu, aku tinggal ngomong lagi cas cis cus selama 3 jam, lalu aku dapat uang 100ribu lagi. Begitu seterusnya. Aku tidak perlu mengorbankan waktu tidurku, waktu bersantaiku, atau waktu merenungku di atas jamban, tidak perlu. Atau mungkin aku hanya tinggal mengetik fafifu lalu kudapatkan upah satu kali mengetik sebanyak 80ribu atau 90ribu, atau berapa lah sesuai dengan jumlah lembar yang kutulis. Otakku memang terperas, tapi fisikku duduk santai di beranda.

Di saat tetangga-tetangga kosku bergegas mandi pukul 6 pagi di hari senin, aku bersiap-siap untuk berenang, karena berenang adalah hobiku. Di saat mereka masih duduk menunggu giliran pulang, aku sudah tiduran di atas kasur dengan menonton series Netflix kesukaanku. Aku benar-benar santai terhadap pekerjaanku dan aku tidak masalah jika aku dibayar tidak dengan nominal 10 atau 20 juta perbulan. Apa sih yang ingin kukejar? Padahal makan dengan lauk sayur dan telur telah mampu mengenyangkan perutku, apa lagi sih yang harus kukejar dengan uang?

Hidup sih memang tidak hanya tentang makan, tidur, dan berpakaian. Tapi, yasudahlah. Tidak ada yang salah dengan merasa cukup dengan gaji tidak lebih dari 2 juta, pun dengan gaji di atas 10 juta. Tapi kalau hidup nunduk terus, ya pegel juga. Kalau ndangak terus? Ya bakal pegel juga. Stay balance.

--

--