Panduan Mudah Hidup Minimalis

Aiq Edogawa
4 min readMar 2, 2023

--

So, tadi aku sempat ikut kelas pertamanya Rubi Community, ngomongin tentang hidup minimalis. There were so many things I could get, particulary the very basic concept of living minimalism.

Di awal sesi, pembicara memancing para peserta untuk memberikan definisi tentang kata ‘cukup.’ Banyak sekali tanggapan, dan what I wrote was, “Cukup itu adalah merasa selalu punya sehingga tidak pernah merasa kurang.”

Life style starts with your mindset, so does living minimalism. Jadi hidup minimalis itu tidak langsung menyasar pada aksi, melainkan berawal dari pikiran kita terlebih dahulu. Jika sejak awal kita sudah menanamkan pada pikiran kita bahwa kita akan hidup minimalis, maka aksi kita akan bertindak demikian.

Ada benarnya, sih. Jikalau aksi duluan yang hidup minimalis, tapi pikiran kita menolak, what will happen ya bakalan uring-uringan dan ga sesuai sama hati nurani. Jadi kalau mau hidup minimalis, mulailah dengan kesudian kita untuk hidup minimalis, lalu aksi kita akan mengikuti. It’s all about mindset. :D

Hidup minimalis itu sebenernya ga susah dan ga muluk-muluk. Tinggal merasa cukup dengan apa yang kita punya, udah. Hidup minimalis juga hanya punya dua konsep dasar; mengurangi dan menahan diri. Kurangi barang-barang yang kita punya dan tahanlah diri untuk tidak menambah apa yang kita punya, sebab kita sudah merasa cukup.

Mengurangi barang — misalnya baju ternyata baik untuk kesehatan mental. Hal ini telah dipraktikkan oleh dua kaliber pebisnis sukses dunia yakni Steve Jobs dan Mark Zuckeberg. Mereka disinyalir hanya memiliki beberapa potong baju dengan alasan untuk mengurangi setres dan menghemat waktu.

Memiliki sedikit baju mempermudah mereka untuk memilih baju yang akan mereka pakai. Hal ini menjadikan mereka terhindar dari setres yang ditimbulkan hanya karena perkara pilihan baju. Di saat yang bersamaan, mereka yang punya sedikit baju juga dapat menghemat waktu karena ga perlu sholat istikhoroh dulu mau make baju apa saking banyaknya pilihan.

Waktu yang telah dihemat ini bisa dialokasikan pada kegiatan lain yang lebih esensial. Memangnya buat apa sih kita harus mikirin banget outfit apa yang kita harus pakai hari ini? Apa bener-bener esensial? As long as itu nyaman dan sesuai, what should we be worried about? Hidup ya, yang simple-simple aja. — Gus Baha.

Selain mengurangi, menahan diri untuk tidak menambah barang juga merupakan bagian dari hidup minimalis. Jika kita sudah memiliki satu hal, tidak perlu lagi mengoleksi hal lain yang sebenarnya tidak penting-penting amat untuk kita miliki.

Hidup minimalis menurutku ga cuma bikin kita lebih sehat secara mental dan bikin kita lebih produktif, tapi juga bisa bikin kita lebih mampu untuk independen. Perasaan cukup karena akar dari hidup minimalis itu membuat kita selalu merasa penuh terhadap diri kita dan apa yang kita punya. Dengan memiliki perasaan tersebut, kita ga bakalan gampang untuk di-drive oleh trend, kasarannya kita ga jadi orang yang FOMO — takut ketinggalan trend.

Untuk mengonsumsi sesuatu juga, kita bakal lebih independen sebab kita memiliki kategori sendiri untuk dikonsumsi. Kita mengonsumsi sesuatu bukan sebab selebgram, bukan karena teman-teman, keluarga, atau siapapun, melainkan sebab diri kita sendiri. Orang yang minimalis ga bakal jadi impulsive buyer. Mereka akan sangat berhati-hati dalam membeli sesuatu, they always rethink for many times before buying something, tidak menganut paham ‘Beli sekarang daripada menyesal kemudian.’. Mereka akan berkali-kali nanya ke diri mereka dengan pertanyaan, “Kalau emang udah punya, ngapain beli? Kalau emang ga terlalu butuh, ngapain beli?”

Pada hal lain pun, para penganut hidup minimalis juga bakal sangat berhati-hati dalam menentukan sesuatu dan lebih menyasar esensi daripada substansi.

Hari ini hidup minimalis menjadi begitu marak sebab jumlah orang-orang yang sadar bahwa hidup sudah terlalu rumit untuk dijalani juga semakin bertambah. Dengan meminimalisasi pilihan-pilihan, maka hidup akan dijalani dengan lebih mudah. Selain itu, hidup minimalis juga didasari dengan tuntutan ekonomi yang semakin tinggi. Instead of buying soething we have already had, lebih baik mengalokasikan dana-dana yang kita punya untuk hal yang lebih esensial; seperti investasi di bibit *bukan iklan.

Selain itu, concern terhadap lingkungan juga semakin marak digalakkan since bumi ini semakin dingin atau semakin panas alias suhunya tak menentu, begitu pula cuacanya. Berbagai kerusakan alam hadir merusak lingkungan dan hal tersebut menyebabkan banyak sekali bencana. Dengan mengurangi sampah, menahan diri untuk tidak menambahnya, menjadi salah satu upaya untuk menjaga lingkungan dan mencegah bencana terjadi.

Thus, buatku, di tengah hiruk-pikuknya hidup yang begitu komplikatif ini, hidup dengan minimalis rasa-rasanya memang menjadi pilihan yang tepat. Selain bikin terhindar dari setres, hidup rasanya jadi lebih ringan.

Good luck guys, semoga kita semua dapat menjaga komitmen untuk hidup minimalis — hidup dengan rasa cukup. ;)

--

--