Sisi Legowonya Conan Edogawa di Episode Dua

Aiq Edogawa
3 min readDec 14, 2023

--

foto dari skrinsutan yutup

Hari ini aku memiliki kesibukan baru yang dapat disambi ketika sedang menyantap makanan; menonton ulang series Detective Conan di YouTube. Aku menonton ulang serial Detective Conan mulai dari episode pertama dan perasaan yang sama seperti pertama kali aku menonton episode Conan muncul kembali — perasaan penuh penasaran mengenai bagaimana suatu kasus yang ia hadapi terpecahkan.

Hari ini aku sudah masuk episode kedua dimana Kogoro Mouri, ayah dari Ran mendapatkan kasus pertamanya sejak 6 bulan menganggur karena seluruh kasus di Jepang dibabat habis oleh Shinichi Kudo. Kasusnya berkaitan dengan penculikan seorang putri pengusaha. Dengan alur khas tulisan Aoyama Gosho, si putri yang hilang ditemukan di sebuah gudang sekolah berkat analisa dari Conan Edogawa. Ada peran Kogoro Mouri sih, tapi dikit.

Karena aku sudah berkali-kali menonton seri Detective Conan ini, aku jadi begitu paham bahwa di bagian akhir, penonton atau mungkin pembaca manganya akan disuguhi sebuah pembelajaran yang di pelajaran Bahasa Indonesia sering disebut sebagai pesan moral dari suatu cerita. Pesan moral yang diberikan penulis di episode kedua cukup mengharukanku sebagai penonton setia dari Conan ini.

Ternyata, penculikan yang terjadi pada sang putri pengusaha merupakan sebuah penculikan yang direncanakan oleh sang putri sendiri. Itulah sebabnya ketika proses penculikan, si penculik berpesan pada penjaga rumah untuk meminta ayah dari sang putri menutup perusahaannya selama satu bulan. Ancaman itu juga dipikirkan oleh sang putri dengan harapan bahwa jika perusahaannya tutup, maka waktu luang sang ayah akan lebih banyak sehingga sang putri dapat menghabiskan waktu dengan sang ayah lebih lama. Tanpa pikir panjang, atau memang secara otomatis, air mataku mengalir mendengar pengakuan sang putri, sementara ayah dari sang putri mengajak sang putri dan pengawalnya jalan-jalan ke Australia.

Di akhir cerita, keluarga sang Putri berterima kasih pada Kogoro Mouri sebab telah berhasil memecahkan kasus hilangnya sang putri, anak dari pengusaha sukses tersebut. Hal yang buatku berkesan, bukannya berterima kasih pada Kogoro, sang putri malah menujukan pandangannya pada Conan Edogawa, dan berterima kasih padanya. Sang putri tahu persis bahwa yang menyelematkannya adalah Conan sebab ia yang pertama kali sampai di lokasi penculikan.

Momen berterimakasihnya si putri kepada Conan mengesankan bagiku sebab ketika Ran menyadari momen tersebut, Conan langsung menyanggah kesadaran Ran dan mengatakan bahwa terima kasih dari sang putri ditujukan untuk ayahnya, Kogoro Mouri. Meskipun secara analisa, teknis, hingga penyelesaian masalahnya terselesaikan oleh Conan — seorang detektif terkenal berrnama asli Shinichi Kudo yang tubuhnya mengecil karena sebuah kapsul.

Aku tahu dengan jelas bahwa seorang Shinichi Kudo menikmati kejayaannya sebagai detektif sekolah yang terkenal. Ia tidak hanya mengagumi tokoh Sherlock Holmes akan kemampuanya dalam melakukan deduksi yang luar biasa, tapi Shinichi juga menerapkan mempraktikkan kemampuan tersebut pada kehidupannya. Karenanya, Shinichi Kudo sering dimuat di televisi nasional dan namanya sering ditulis di halaman depan koran Jepang. Teman-teman perempuan di sekolahnya mengiriminya banyak surat cinta, dan ia tidak segan memamerkannya pada Ran Mouri — teman dekatnya.

Namun kejayaan tadi lenyap seketika saat tubuhnya menyusut. Ia hanya dianggap sebagai seorang anak SD biasa, dan bahkan untuk mendapatkan terima kasih atas kasus yang ia selesaikanpun ia tak dapat melakukannya. Aku melihat ketulusan dalam diri seorang Conan Edogawa. Ia biarkan orang lain yang punya nama, meski sebenarnya ialah yang menjadi pemecah dari kasus-kasus yang ada. Conan hanya fokus pada satu hal — kebenaran. Di awal episodenya, ia akan selalu bilang, “Shinjitsu wa itsumo hitotsu.” — kebenaran hanya ada satu.

--

--